Langsung ke konten utama

My Favorite Sports are Flying Kite! #30hariMenulis2015 #days5

“Aku ingin menjadi Layang-Layang. Terbang tinggi melihat banyak hal. Ingin membaca ribuan buku. Ingin tahu banyak hal baru yang menakjubkan.” (Tere Liye)**

Seperti yang pernah kuceritakan pada tulisan sebelumnya. Bahwa bagiku, hari Kamis adalah English Class, di mana seharian ibu guru baru (satu tahun mengajar) ini menghabiskan waktu dengan kosakata dan kalimat sederhana bahasa asing tersebut bersama anak-anaknya. Di kelas-kelas yang tak memiliki pintu, jendela, dan tembok.

Ada gelagat antusias. Ada pula yang duduk-duduk malas. Yang diam namun tak menyimak, sambil iseng menggoreskan gambar berseni tinggi pada sampul buku tulis big bos miliknya pun ada. Beda kepala, beda pula penerimaannya.

Kamis itu, tiba-tiba aku begitu antusias ketika seorang muridku di kelas enam menjawab “Flying kite” ketika kulontarkan pertanyaan, “What is your favorite sport?”
“Kalau main Layang-Layang kan capek, Bu. lari-larian. Tarik-ulur benang. Ngejar layangan yang putus. Ujung-ujungnya kan capek dan keringetan.” Begitu jawabnya ketika kutanya alasan dia menyebutkan menerbangkan Layang-Layang merupakan salah satu olah raga. Masuk akal sekali jawabannya.

“Flying kite” dua kata itu tiba-tiba menggiring ingataku pada masa kecil. Waktu di mana liburan caturwulan dijadikan ajang untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah dengan berjualan Layang-Layang, gelasan, dan kenur. Berlari-lari di pematang sawah membawa karton bekas mie instan yang berisi beberapa Layangan beserta benangnya. Lalu melihat dengan takjub kepiawaian anak laki-laki seumuranku menerbangkan Layang-Layang, menggantung kertas berkerangka kayu itu tinggi hingga ke awan. Dan ikut bersorak senang saat salah satu layang-Layang mereka berhasil memutuskan benang Layang-Layang milik yang lainnya. Pun yang tak kalah menarik, ketika ikut mengejar Layang-Layang yang putus, berebut ujung benangnya sampai tak sadar kaki berada di ujung pematang dan dengan sukses terjun bebas di sawah yang baru selesai dibajak. Pulang ke rumah dalam kondisi tubuh penuh dengan lumpur. Sampai pura-pura menangis agar ibu iba dan tak jadi ngomel.

Pada saat kecil, aku pernah berfikir betapa bahagianya jadi Layang-Layang. Bisa melihat banyak hal di bawah sana. Bisa menyentuh awan. menikmati angin yang sepoi membawa tubuhnya melayang. Ah, tapi membayangkan juga saat benangnya tiba-tiba putus, dan ia jadi rebutan atau yang lebih sialnya lagi nyangkut di antena atau pohon. 

Semenjak hari Kamis itu, aku jadi sempat berfikir suatu hari nanti, di jam mengajarku, aku akan mengajak anak-anak bermain Layang-Layang di halaman belakang sekolah. Bukan hanya menerbangkannya bersama, tapi mungkin bisa dari proses awal, yaitu membuat Layang-Layang.
Ah, seketika terngiang suara almarhum guru SD yang hobi sekali bernyanyi di kelas,  melantunkan lagu favorit beliau:

“Kuambil bulu sebatang
Kupotong sama panjang
Kuraut dan kutimbang dengan benang
Kujadikan layang-layang
...”

Hm...
Jadi, kapan kita menerbangkan Layang-Layang bersama?









*Tulisan ini tak lagi diikutsertakan dalam #30Harimenulis2015. Saya ijinkan catatan-catatan saya selama bulan Juni ke depan sebagai catatan yang bebas, lepas, seperti layang-layang. Biarkan angin yang menentukan arah dan tujuan akhirnya. hehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...