Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Surat ke-27

Buat kakak dan istrinya  Kadang adikmu yang bandel ini menyesal sejadi-jadinya. Kenapa dulu tak mengambil tawaran baik (hingga akhirnya tahu bahwa itu bukan sebaik-baiknya tawaran. Hohoho labil mode on). Tapi aku masih memegang mimpi, aku namai dia dengan ‘Egyp yang lain’. Dengan pencapaian puncak piramid yang lain. Seperti halnya kalian yang bertahan di antara belenggu di negeri orang. Aku harus lebih kuat menghadapi semuanya, dengan segala kegalauan yang bahkan hanya remeh temeh dunia dan kita sepakat menertawakannya, karena perihal ini adalah konyol. Sekonyol-konyolnya alasan yag membuat seorang Lina galau. Seperti dugaan baik kalian. Aku tak akan mundur, meski dengan cara dan jalan yang lain. Berkarya dalam diam mungkin lebih baik. Meski suatu saat akan merindukan jamaah kebaikan. Merindukan mimpi-mimpi yang kubangun dengan susah payah ini. Aku akan berusaha menerima. Karena tugasku hanya taat, kan? Demi mimpi yang lebih tinggi, menjadi seorang yang dicemburui bidadar

Sebuah Pesan, Teka-Teki yang Ingin Dipecahkan

Sebuah pesan WA masuk di ponselku, “Tak ada cahaya yang mampu remuk, Nut,” . Kamu memulai obrolan dengan berfilosofi. “Namun, ada cahaya yang tak mampu memberi sinar,” katamu lagi. Aku mulai mengerutkan dahi. Kamu ya seringnya begitu. Datang tanpa salam atau tanya kabar terlebih dahulu. Tanpa basa-basi melemparkan kalimat-kalimat aneh, yang seolah-olah kamu tahu sesuatu yang ada dalam fikiranku. “Cahaya, sinar, maksudnya?” balasku. “Mudah saja,” lagamu menggampangkan. Padahal aku bekerja keras untuk mencerna kata-kata ‘ajaib’ yang kamu lontarkan. “Oia, gimana sekolah baru tempatmu ngajar sekarang?” tanpa merasa bersalah telah membuatku penasaran, kamu malah mengganti pembicaraan. “Ah buodoooo amatan, gue kagak mau jawab.” Aku keki. Mematikan data internet, tak memedulikan kamu. Tak peduli, tapi nyatanya kalimat itu masih menggantung di ubun-ubun, melayang-layang dengan tanda tanya besar. “Tak ada cahaya yang mampu remuk? Namun ada cahaya yang tak mampu memberi sinar?

Menyekolahkan VS Menitipkan Anak

Pagi ini tiba-tiba terlintas untuk menuliskan sesuatu tentang pendidikan anak dan peran orang tua di dalamnya. Jangan berharap tulisannya bakal seperti artikel parenting yang menjabarkan secara panjang kali lebar. Sedikit saja, karena tulisan ini pada dasarnya timbul karena kegelisahan saya sebagai seorang guru, seorang wanita, sekaligus seorang calon orang tua. Percaya atau tidak, suatu hari, pagi-pagi buta sekali, sekitar pukul tiga dini hari seorang ayah mengantarkan anaknya ke sekolah. What? Jam tiga pagi? Gak salah tuh? Gak salah, ini bener kejadian di sekolah tempat saya ngajar. Pagi-pagi buta, anak laki-laki yang masih kelas enam SD itu dibangunkan, setelah mandi dan membawa tas sekolah, ayahnya mengantarkannya ke sekolah. Sesampainya di sekolah, dengan mata yang masih terkantuk-kantuk anak tersebut mengecek beberapa sudut sekolah. Barangkali ada ustadz atau ustadzah yang memang bermukim di situ yang sudah bangun. Karena hasilnya nihil, akhirnya ia memutuskan melanjutkan tid

The Puitic Cover of Novel Hujan Bulan Juni

tak ada yang lebih tabah dari hujan bulan juni dirahasiakannya rintik rindunya kepada pohon berbunga itu tak ada yang lebih bijak dari hujan bulan juni dihapusnya jejak-jejak kakinya yang ragu-ragu di jalan itu tak ada yang lebih arif dari hujan bulan juni dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar pohon bunga itu (Hujan Bulan Juni: Sapardi Djoko Damono) Hm... pertama kali membaca puisi di atas, yang merupakan karya jagoan dari penulis yang memiliki aliran puisi puitis-romanitic—Sapardi Djoko Damono, seakan mewakili diri saya yang amat sangat sulit meningkahi  perasaan, bahkan hanya untuk meng-eja ‘rasa’ tersebut. #eeeaaaaa :P Jadi, ceritanya bermula dari seorang teman facebook yang merupakan salah satu penikmat puisi-puisi Mbah Sapardi, menyapa saya pada statusnya di dunia maya. Hujan Bulan Juni mau di-novelkan, ujarnya. Benar saja. Tepat di bulan Juni 2015, novel tersebut diluncurkan ke pasar. Dan saya salah satu orang yang antusias untuk memilikinya. Singkat cerita satu bula

Ternyata, ini Adalah Obat Rindu

Hari ini saya masih begitu tertatih menuju majlis ilmu. Mengulur waktu ke tempat liqo untuk mampir ke Karang Pawitan terlebih dahulu. Untuk sekedar mengurai rasa rindu kepada tempat itu dan beberapa sahabat yang bisa saya temui di sana. Andai sebelumnya saya tahu, langkah saya yang tertatih menuju masjid Al-khoir, kampus UNSIKA tempat saya liqo kali ini akan memberikan sebuah jawaban, sebaik-baiknya jawaban. Serta mengajarkan hal sederhana yang begitu dalam maknanya. Tentang kata ‘rindu’. Bagaimana cara mengobati rasa yang kata Melly Goeslow sungguh menyiksa. “Belakangan ini, ada satu hal yang sungguh mengganggu hari-hari saya,” Di sesi sharing, seorang ukhti membuka obrolan. “Hampir satu minggu ini saya didera rasa rindu yang akut,” begitu ujarnya lagi. Hm... rindu? Pikiran saya langsung tertuju pada status FB seorang teman tadi pagi. Sebuah kutipan dari buku Tere Liye. Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega setiap kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat

Tutorial Mawar Flanel

Sebetulnya tutorial ini pernah saya posting di blog. Tapi karena satu insiden yang menyebabkan postingannya hilang, akhirnya kali ini akan saya re-post. Tutorial sederhana ini ditujukan buat new crafter karena emang simple banget. Bisa dijadikan bros atau aplikasi lainnya. Semoga gambarnya mudah dimengerti ya... Kalau ada hal yang ditanyakan silahkan tinggalkan komentar :) Happy Crafting! Mawar Spiral, Dokpri

Resensi Novel Bulan Nararya, Sebuah Fiksi Psikologi yang Bergizi

Judul Buku: Bulan Nararya Penulis: Sinta Yudisia Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Cetakan pertama, September 2014 Jumlah Halaman: 256 hlm ISBN: 978-602-1614-33-4 Harga: Rp 46.000,- Bulan Nararya merupakan novel psikologi bergizi yang ditulis dengan perenungan yang matang dan kedalaman ilmu yang dimiliki oleh penulisnya, yaitu Sinta Yudisia , yang tengah menyelesaikan pendidikan magister Psikologi Profesi di Universitas 17 Agustus 1945. Kehadiran novel ini, di tengah-tengah masyarakat pembaca buku Indonesia seolah memberikan satu warna yang berbeda, memberikan corak lain pada dunia pernovelan yang belakangan ini didominasi oleh tema cinta, humor, dan fantasi. Dengan diterbitkannya novel yang merupakan juara tiga kompetisi menulis yang diadakan oleh Kementrian Pariwisata dan Kementrian Ekonomi Kreatif RI ini, kembali menegaskan, bahwa Indiva Media Kreasi , merupakan penerbit yang memiliki karakter yang khas pada novel-novel yang diterbitkannya. Kekhasannya terl

Ternyata, Tentang Mimpi

Pernah gak, merasa kalau hidup kita itu seperti mimpimimpi yang menjadi nyata? Saya merasakannya. Dulu saya begitu terpukau membaca Totto Chan-nya Tetsuko Kuronoyagi, dengan sekolah di dalam gerbong kereta dan konsep alam. Menyadarkan saya akan makna belajar tanpa sekat. Belajar tanpa batas. Hingga Allah mengirim saya untuk belajar dan mengajar di sekolah yang dulu hanya ada dalam imajinasi saya. Dengan anak-anak 'nakal' semacam Totto Chan dan teman-temannya yg unik. Dulu saya hanya mampu bermimpi tanpa merencanakan apapun tentang ini. Tapi Allah lebih tahu apa yg saya inginkan. Ternyata... Foto bareng kelas 3 tahun ajaran 2014-2015 Fawwaz, salah satu anak 'istimewa' 2010, saya pernah menulis fiksi tentang pendidikan dan anak yg keterbelakang mental. Dan 2014-2015, saya diamanati satu orang anak 'istimewa' di sekolah, di antara anak 'normal' lainnya. Yang mengajarkan saya banyak hal, tentang arti penerimaan, syukur, dan sabar.