Yang tampak abadi pagi ini adalah mendung. Sementara gerimis gigil dalam pandangan. Tanah, pohon, atap, tiang-tiang reklame pasrah disekap basah. Aku telimpuh di atas ubin yang menyecap hikmad dingin. Sebab sajadahku tak kering dicuci air mata kemarin malam. Kepada, O. Engkau, yang diam-diam membawaku pergi. Membuatku tak sempat kembali. Bahkan untuk sekedar bertanya, kemana? Mampukah, O, sampaikan pesanku padanya? : Jangan sedih jika aku tak kunjung kepung lehermu dengan kedua tanganku lagi. Sebab masing-masing dari kita akan didera lupa Kemudian tiada.. Maret 2016
Menulis; berbagi ide dan cerita dari rumah