Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2016

Menuju Tiada [Puisi]

Yang tampak abadi pagi ini adalah mendung. Sementara gerimis gigil dalam pandangan. Tanah, pohon, atap, tiang-tiang reklame pasrah disekap basah. Aku telimpuh di atas ubin yang menyecap hikmad dingin. Sebab sajadahku tak kering dicuci air mata kemarin malam. Kepada, O. Engkau, yang diam-diam membawaku pergi. Membuatku tak sempat kembali. Bahkan untuk sekedar bertanya, kemana? Mampukah, O, sampaikan pesanku padanya? : Jangan sedih jika aku tak kunjung kepung lehermu dengan kedua tanganku lagi. Sebab masing-masing dari kita akan didera lupa Kemudian tiada.. Maret 2016

Ketika Aku Kembali

foto dari sini Ba'da maghrib tepat dua bulan yang lalu, langkahku tergopoh dari pintu rumah menuju arah tenggara. Sebuah mushola dengan kubahnya yang tak simetris itu menyambutku dengan riak celoteh lugu anak-anak kampung. Hanya butuh waktu dua menit menggapai tempat itu dengan berjalan kaki. Menyusuri gang sempit dan beberapa belokkan saja dari rumah. Sesampainya di sana, laki-laki setengah baya, bersarung dan surban di pundaknya melemparkan senyum padaku. Mempersilahkanaku masuk ke dalam ruangan dengan puluhan anak. Celoteh mereka memadati ruang tersebut. Membuat laki-laki itu meninggikan suara. Mengalihkan perhatian agar aku bisa memperkenalkan diri. Aku tersenyum. Ada yang tengah aku kenali dalam ruangan itu. Kaca-kaca yang mendominasi dinding, jam dinding dengan motif kaligrafi, dan pemandangan di kanan-kiri ruangan tersebut yang tak banyak berubah. Ya, tak banyak berubah kurun waktu 13 tahun yang lalu. Hanya saja beberapa bagian direnov dan dimodif sehinggaterlihat