Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2015

Aku, Bapak, dan Secangkir Teh Rindu

Menatap hujan sore ini dari persegi panjang jendela rumah dengan segala perasaan yang entah,  kemudian menatap terasnya yang kotor terkena percikan hujan, mengingatkanku pada bapak, sosok laki-laki yang selama ini amat lihai memendam rindu di dadanya. Ia amat pandai merawat beberapa potong kenangan untuk dibingkai dalam kotak istimewa di hatinya. Dalam jarak yang terbentang, terpisahkan oleh lautan yang gemuruhnya meneriakkan rindu ibu. Rindu yang ibu tebus dengan sepotong suara di ujung telepon pada sela-sela waktu berkebunnya bapak.

Sepenggal Cerita di Sekolah Alam #2

Apa yang lebih istimewa dari bermalam di sekolah selain bisa menikmati sepoi pohon bambu lebih lama? Ah, tentu lebih banyak hal menarik yang bisa dijumpai di sini. Kaki-kaki yang masih lengkap dengan kaos kakinya yang selonjoran di teras dapur, obrolan ringan dengan ustadzah-ustadzah pengabdian sebagai acara lepas kangen karena absen ‘mondok’ di sekolah sekian bulan, atau sekedar melempar wacana memasak apa kita besok pagi untuk sarapan? Menu istimewa kita yang biasa kah? (nasi goreng akhwat, ricycle nasi catering kemarin dengan cabe rawit yang dipetik di kebun belakang dan telur yang diselundupkan dari kulkas), atau nasi uduk dengan porsi ekstra dari warungnya mak Encing atau pilihan lain di warung uduk dekat rumahnya bu Ijah.

Sebelum Kamu Hadir, Aku Adalah Diriku

Ini kehidupanku, tak ada unsur kesengajaan walau tak tepat juga dibilang sebagai kebetulan. Sebab aku pun tahu, di dunia ini tak ada yang kebetulan, segala telah tertulis di lauful mahfudz. Sungguh, semua berjalan apa adanya, setidaknya aku memastikan untuk membuat ini berjalan normal, apa adanya--seperti diriku.           

Move on Nge-Craft?

Selain menulis, dunia per- handycraft -an adalah salah satu sisi yang tidak bisa dipisahkan dari diri saya. Kalau dihitung-hitung, belum ada tiga tahun saya bergelut di bidang ini, tapi rasanya sudah lama banget mengenal ‘dunia lain’ ini, meski, ya meski karya saya di bidang ini enggak terlalu banyak dan kalau ngomongin soal kualitas juga masih jauh, kalau para crafter bilang mah masih newbie.

Sajak Pohon Bakau

Bismillah, Aduh, rasanya telat banget baru sempat menuliskan tentang buku yang satu ini. Mungkin ini akan menjadi tulisan pertama yang mengawali cerita tentang jejak karya saya yang masih ecek-ecek, yang selama ini belum sempat dituliskan. Berawal dari salah satu sahabat di FLP Karawang yang tiba-tiba menanyakannya,

Cita-cita Sederhana

Tepat peringatan satu tahun aku mengajar, ingatanku kembali pada memori masa kecil dalam potret buramnya. Saat itu aku masih kelas empat SD ketika mama memaksa diri memasukkanku ke sekolah agama, sekolah kedua bagiku pada waktu itu. Pagi bersekolah di SD negeri, kemudian sorenya pergi sekolah lagi ke madrasah. Namanya MI Muhammadiyah yang jaraknya sekitar satu kilo meter dari rumah. Mama selalu mempunyai alasan terbaik untuk pendidikan anak-anaknya, meski beliau harus rela membanting tulang, menyisihkan upah kuli cucinya yang kadang--untuk makan kami sehari-hari saja masih kurang. Sementara upah kuli serabutan bapak pada waktu itu barangkali hanya mampu membiayai SPP dua orang kakakku saja.