Langsung ke konten utama

Sebelum Kamu Hadir, Aku Adalah Diriku

Ini kehidupanku, tak ada unsur kesengajaan walau tak tepat juga dibilang sebagai kebetulan. Sebab aku pun tahu, di dunia ini tak ada yang kebetulan, segala telah tertulis di lauful mahfudz. Sungguh, semua berjalan apa adanya, setidaknya aku memastikan untuk membuat ini berjalan normal, apa adanya--seperti diriku.           


Sedari dulu, sebelum mengenalmu atau siapapun yang merasa, aku sudah mencintai buku,  mimpi tentang taman baca, menggilai teh meski sering merajuk pada kopi,  merindukan bermain di bawah hujan, tanah-tanah yang ingin aku injak, mengajar, menulis, peta dunia, menyejarah, puisi, melangit-membumi, —dan ini semua  milikku. Asal kau tahu, aku bukan epigon! Aku masih normal untuk melakukannya!
 
Ups, (istighfar tarik nafas dalam-dalam dan hembuskan pelan) 
 
Besok pagi, aku akan bangun dalam keadaan lega, aku berjanji. Aku takkan pernah peduli lagi dengan orang-orang, sekalipun itu teman dekat yang menyebutkan banyak kesamaan antara aku, kamu, dia, atau siapapun sebagi salah satu pertanda jodoh kita, yang berkali-kali mencoba mencari celah agar aku denganmu, yang menghadirkan begitu  banyak harapan semu, membuat praduga-praduga yang tak mendasar, dan bahkan menjadi ‘gila’, sungguh cara syaitan itu sangat halus.

 Aku adalah diriku, sebelum kau datang, jauh sebelum kamu hadir.

Aku berlindung pada-Mu dari godaan syaitan yang terkutuk...
Aku berlindung pada-Mu dari rasa sedih dan duka cita...        

Komentar

  1. Iya kamu adalah dirimu Teteh ku "Eceu sandal jepit" :-P

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Resensi Novel Rengganis Altitude 3088

Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Agustus 2014, Cetakan Pertama Jumlah Halaman: 232 Hal ISBN: 978-602-1614-26-6 Cover Novel Rengganis Dia baru saja menyelinap keluar. Terbangun oleh gemerisik angin yang menabrak-nabrak tenda. Dua lapis jaket membungkus tubuhnya. Satu jaket polar dan satu jaket parka gunung. Tak ada seorang manusia lain pun yang terlihat. Seluruh penghuni kerajaan sang dewi telah tertidur. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian, tiba-tiba saja tatapannya berubah menjadi tajam. Sangat tajam. Menatap lekat sesuatu. Atau lebih dari satu. Perlahan-lahan dia berjalan meninggalkan tenda. Meninggalkan teman-temannya yang tidur di dalam tenda. Menjejaki rerumputan basah dalam langkah-langkah pasti. Dermaga itu tujuannya. Mendekati tarikan magnet bercahaya. Memanggil-manggilnya dengan suara tak biasa. Rengganis, pentas apa sebenarnya yang tengah dilang...