Langsung ke konten utama

Belajar

Bukan hanya sekolah dan buku yang mengajarkanku banyak hal.

Ketika aku merasa sendirian, bapak mengajari aku tentang arti kesempatan untuk mendapatkan ketenangan. Menikmati setiap depa rasa rindu pada istri dan anak-anaknya. Di seberang pulau sana, bahkan ia mampu bertahan dari sepi yang menyusup dari musim tanam ke musim panen.

Saat aku merasa malas untuk belajar dan berbuat baik. Ibu mengajari aku untuk terus bergerak di tengah keterbatasan penglihatannya. Pergi ke pengajian setiap hari. Tetap aktif di perkumpulan ibu-ibu PKK, dan status sebagai kader posyandu pun tetap beliau sandang bertahun-tahun lamanya. Aku belajar dari keistikomahannya dalam berbuat sesuatu untuk lingkungannya.

Di kala aku mudah menduga-duga gelagat kurang baik orang lain padaku. Saudari-saudariku yang shalihah itu mengajariku tentang pentingnya  berprasangka baik. Menuntunku untuk terus berusaha melembutkan hati. Mendukungku menjadi muslim yang pantang menyakiti dan pantang merasa tersakiti. Meski terasa sulit setengah mati.

Ketika aku mudah merasa bosan, anak-anak muridku mengajarkan bagaimana serunya menyusun jenis permainan yang tidak monoton. Yang bisa dimainkan seorang diri maupun berkelompok. Mengajarkanku bahwa hidup adalah memilih jalan bahagia. Dan menatap tawa keceriaan mereka ialah suatu kebahagiaan yang didapatkan dengan sederhana.

Aku belajar dari rasa iba yang Allah susupkan pada hati adik laki-lakiku kepada kakek-kakek penjual nasi goreng langganannya.  Akupun belajar keikhlasan dari senyum anak muridku yang memiliki kekurangan fisik. Aku belajar dari santunnya penjaga sekolah kepada setiap orang yang ditemuinya.

Maka nikmat-Nya yang mana yang hendak kamu dustakan?
(QS. Arrahman)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Resensi Novel Rengganis Altitude 3088

Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Agustus 2014, Cetakan Pertama Jumlah Halaman: 232 Hal ISBN: 978-602-1614-26-6 Cover Novel Rengganis Dia baru saja menyelinap keluar. Terbangun oleh gemerisik angin yang menabrak-nabrak tenda. Dua lapis jaket membungkus tubuhnya. Satu jaket polar dan satu jaket parka gunung. Tak ada seorang manusia lain pun yang terlihat. Seluruh penghuni kerajaan sang dewi telah tertidur. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian, tiba-tiba saja tatapannya berubah menjadi tajam. Sangat tajam. Menatap lekat sesuatu. Atau lebih dari satu. Perlahan-lahan dia berjalan meninggalkan tenda. Meninggalkan teman-temannya yang tidur di dalam tenda. Menjejaki rerumputan basah dalam langkah-langkah pasti. Dermaga itu tujuannya. Mendekati tarikan magnet bercahaya. Memanggil-manggilnya dengan suara tak biasa. Rengganis, pentas apa sebenarnya yang tengah dilang...