Langsung ke konten utama

Sumber Pangan Alternatif, Siap Mengganti Nasi dengan Buah Ini?

Liburan akhir tahun kemarin saya dan suami berkunjung ke rumah Ibunda dari Mas Gol A Gong, seorang pegiat sastra sekaligus pendiri Rumah Dunia di Banten, kami memanggil beliau dengan sebutan Nenek. Tanpa disangka, di rumah Nenek, kami disuguhi sukun goreng yang masih hangat. Pas sekali untuk menu sarapan, kebetulan saya dan suami memang belum sempat sarapan pagi. Dasar emang rezeki gak kemana, hehehe.
Gambar: vemale.com
Dulu saya sempat mengira kalau sukun itu termasuk ke dalam umbi-umbian semisal singkong atau ubi jalar, tapi ternyata keliru. Sukun adalah tanaman berbuah yang memiliki nama ilmiah Artocarpus communis yang banyak ditemukan di daerah tropis seperti Malaysia dan Indonesia.

Dilansir dari laman bbpp-lembang.info (8/4/2010), di kalangan internasional buah ini dikenal dengan nama bread fruit atau buah roti. Dinamakan demikian karena teksturnya yang empuk seperti roti.
Gambar: manfaat-buah.com
Siapa sangka, sukun ternyata mengandung banyak karbohidrat yang merupakan sumber energi bagi tubuh. Sukun bisa menggantikan peranan makanan pokok selain nasi, seperti kentang, ubi jalar, ubi kayu, gandum, dan jagung. Dalam 100 gram berat basah sukun mengandung karbohidrat 35,5%, protein 0,1%, lemak 0,2%, abu 1,21%, fosfor 35,5%, kalsium 0,21%, besi 0,0026%, kadar air 61,8% dan serat atau fiber 2%, seperti dilansir dari laman yang sama, bbpp-lembang.info (8/4/2010).

Makanan pokok pengganti nasi pada umumnya (bobo.grid.com)
Sementara menurut nationalgeographic.co.id (18/9/2014), Sukun merupakan pohon abadi berumur panjang dan mudah tumbuh di berbagai kondisi ekologis dengan perawatan minimal. Pohon mulai berbuah dalam 3-4 tahun, menghasilkan tepung buah setara karbohidrat pada tanaman makanan pokok seperti padi, jagung, kentang, dan ubi jalar.

Dilansir dari jurnalbumi.com (21/9/2017), di Indonesia sendiri pohon sukun tumbuh hampir merata di seluruh daerah, terutama di Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sementara cara mengolah sukun tidaklah terlalu sulit. Bisa direbus, digoreng, atau bisa juga dijadikan keripik dengan membubuhkan sedikit bumbu untuk menambah cita rasa. Berikut resep sukun goreng yang dilansir dari vemele.com (2/9/2016) ini mungkin bisa Anda coba dirumah. Resepnya sebagai berikut:

Bahan

  • 1 buah sukun setengah matang (kupas kulitnya, potong sesuai selera dan buang bagian tengahnya)
  • Garam secukupnya
  • Ketumbar secukupnya, dihaluskan
  • 2 siung bawah putih, dihaluskan
  • Minyak goreng secukupnya
  • 2 sdm margarin


Cara Membuat
  • Siapkan sukun yang telah dikupas dan dipotong-potong.
  • Siapkan bumbu yakni garam, ketumbar dan bawang putih lalu beri sedikit air. Masukkan sukun ke dalam bumbu dan aduk hingga rata. Diamkan kira-kira selama 10 menit agar bumbu meresap hingga bagian luar sukun benar-benar gurih nantinya.
  • Panaskan minyak goreng lalu tambahkan margarin ke dalamnya. 
  • Jika minyak telah panas, goreng sukun hingga warnanya menjadi kuning kecokelatan dan matang. 
  • Segera angkat setelah matang dan sukun goreng siap untuk dihidangkan.

Bagaimana, mudah bukan cara memasaknya? Lalu apakah Anda siap mengganti nasi dengan sukun sebagai makanan pokok sehari-hari? Atau Anda masuk golongan orang Indonesia yang katanya belum makan kalau belum makan nasi? Walaupun begitu, tidak ada salahnya sesekali mencoba.

*Dari tulisan saya di UC News




Komentar

  1. saya suka banget sama sukun. di goreng atau dikukus trus ditambah parutan kelapa yg sdh dikukus. Hmmm... nikmat. Org Serang jugakah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan, Teh. Suami saya yang orang Serang:D

      Hapus
  2. Keripik sukun juga enak. Renyah kadang suka beli klo ketemu di toko oleh2

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya enak bgt, saya suka suka beli. Kebetulan suka ada yg jual dan lewat depan rumah.

      Hapus
  3. Aku suka sukun!! Turunan dari papa... papa suka banget sukun, nurun ke aku :D haha biasa ngemil itu sore2... sambil ngeteh.. nikmaaaaat...

    BalasHapus
  4. Wah, makanan pokok alternatif selain nasi ya.

    BalasHapus
  5. Loh sukun bisa difungsikan sebagai pengganti nasi ya mbak?
    Tinggal digoreng gitu aja atau bisa dikombinasi dengan lauk juga (seperti nasi)?

    Saya suka sukun, tapi belum pernah coba kalau yang digoreng. Besok saya praktekin aaah :D

    BalasHapus
  6. Oh... baru tahu saya kalau namanya pohon sukun.
    Patut dicoba nih.

    Pohon sukun keknya bagus kalau dijadikan keripik. Maknyus....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...