Langsung ke konten utama

Ketika Memilih Long Distance Marriage

Yup, saya dan suami telah menjalani long distance marriage (LDM) dari awal kami menikah Oktober 2016 lalu. Suami di Jakarta dan saya di Cikampek, Karawang. Kurang lebih 3-4 jam perjalanan menggunakan kendaraan umum.

Waktu awal menikah, saya masih mengajar di salah satu SD swasta di Karawang. Hal itu yang menjadi alasan mengapa kami harus menjalani LDM. Tak lama menikah, saya positif hamil dan LDM berlanjut sampai saya melahirkan anak pertama kami dan hingga tulisan ini dibuat. Walaupun sekarang saya sudah tidak mengajar, tapi pertimbangan tempat tinggal di ibu kota yang kurang nyaman untuk ditempati kami bertigalah yang membuat kami harus terus memupuk sabar menjalani LDM.
Foto seminggu menikah dan harus ditinggal
Suami saya pulang setiap akhir pekan, walaupun kadang menjadi dua pekan saat suami memilih pulang ke kampung halamannya di Banten karena suatu keperluan. Dua pekan serasa setengah bulan. Berapapun hitungan harinya, yang namanya hidup dengan pasangan yang dipisahkan oleh jarak, yang ada rindu melulu.


Sebetulnya gak sepenuhnya seperti kata si Dipan (bukan nama sebenarnya), "rindu itu berat, kamu gak akan kuat, biar aku saja." Pada kenyataannya yang berat itu saat seminggu gak nyuci karena mesin cuci rusak, saat udah selesai ngebilas terus mau bawa ember cucian ke teras buat dijemur, pas embernya diangkat dan rasanya asli itu berat banget, mana saya LDM, gak ada suami buat angkut itu ember cucian (lol).

Hari-hari terasa lama bagi pasangan LDM seperti kami. Yang sebentar hanya paket nelpon 100 menit sehari seharga tiga ribu. Soalnya saya dan suami nelpon sehari bisa 3 x, 100 menit rasanya gak cukup.
Me time untuk pasangan LDM

Tapi dibalik kesusahan yang dialami pasangan LDM, ada seni indah yang bisa diukir setiap harinya. Seperti saling mengingat, merapal doa, saling merindui, menyimpan obrolan yang seakan tak pernah habis, dan tentu saja ada perjumpaan indah yang dinanti, bahkan masih dibumbui getaran-getaran bernama entah seperti pertama awal menikah.

Saya sadar LDM bukanlah keputusan terbaik, tapi saya yakin ini adalah salah satu perjuangan terbaik dari saya dan suami, demi masa depan kami nanti bersama anak-anak..

Salam.



Komentar

  1. Alhamdulillah terpisahnya gak terlalu jauh.

    BalasHapus
  2. Saya kenyang LDRan, Bekasi-Ambon, Bekasi-Makassar, membesarkan anak sendirian tanpa bapaknya dan campur tangan rese kedua orangtua rasanya pengen gantung diri saat itu lin huhuhuhu

    BalasHapus
  3. Semoga segera ngumpul ya, Mbaaa
    Itu yg terbaik emang xixixi
    Aamiin

    Saya sendiri pengalaman LDR (sebelum nikah) Bekasi - Malang 1 tahun (2007 - 2008)
    Truss Lampung - Malang 3 bulan (Januari 2012 - Maret 2012 lanjut Juni 2012 - Agustus 2012)
    Balikpapan - Malang (September 2016 - Juli 2017)
    Medan - Malang (Agustus 2017 - April 2018)
    Bukan sebuah prestasi kalau bagi kami, karena biar gimana2 enakan ngumpul. In syaa Allah ntr lagi ngumpul di... Papua :D
    Slebihnya selain LDM paling ditinggal dinas gitu, Mb

    Semangat selalu, Mb Lina

    Moga2 bisa nempel mulu kayak perangko y oneday (ngedoain diri sendiri jg wkkk)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Review Novel Bukan Cinderella: Kadang Cinta Tak Bisa Memilih

Masih inget terakhir baca bukunya Mbak Ifa Avianty yaitu dwilogi Facebook on Love yang berhasil mengaduk-aduk  emosi saya pada saat membacanya. Chapter pertama maupun yang kedua dari buku tersebut sama-sama menghadirkan sekelumit drama rumah tangga dengan segala bumbu-bumbunya. Ditambah dengan gaya penuturan mba Ifa yang berhasil membuat saya jatuh cinta pada tulisannya yang pertama (pertama kali baca tulisan mba Ifa di kumcernya yang berjudul Musim Semi Enggak Lewat Depok).   Nah, kali ini ceritanya saya mau me- review novel Mba Ifa yang judulnya Bukan Cinderella . Novel setebal 215 halaman ini terbitan Noura Books, kalau gak salah dulu namanya penerbit Mizan Media Utama kemudian berganti nama menjadi Noura Books. Buku ini  memberikan catatan rekor bagi pembaca yang agak malas seperti saya, bisa menghatamkan novel ini dalam jangka waktu 3 jam saja.. saking serunya atau emang gak ada kerjaan lain, eh XD (tapi asli novelnya seru :D). ** Bukan Cinderela Apa ...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...