Langsung ke konten utama

Wisata Murah Meriah Pohon Miring Karawang

Dokpri
Jalan-jalan kali ini sebetulnya gak direncanakan sama sekali. Jadi ceritanya hari Sabtu pagi minta anter suami buat ambil buku di sekolah. Setelah urusan sekolah selesai, muncul ide untuk mampir ke rumah teteh yang emang masih satu arah dengan sekolah tempat saya ngajar. Sesampainya di rumah teteh, setelah ngobrol dan makan siang, terus ditanya sama si teteh: mau ke Pohon Miring enggak? Sekalian aja lewat pas jalan pulang.

Dan lokasi wisata yang lumayan lagi ngehit di Karawang ini emang deket dari rumah si teteh. Hanya sekitar 5 menit menggunakan kendaraan bermotor. Setelah perlintasan kereta api gang Purwasari, masuk ke dalam sekitar 100m dan langsung sampai di lokasi.

Wisata lokal Pohon Miring ini memang baru terekspos beberapa tahun belakangan. Sebelumnya lokasi ini sekedar dijadikan tempat 'nyari angin' atau lari pagi warga sekitar. Setelah terekspos media sosial, barulah mulai dibuka untuk umum sebagai tempat wisata. Beberapa fasilitas sederhana mulai dibangun, seperti sarana parkir, bangku taman, dan jembatan.

Berhubung saya kesananya pas weekend, maka gak aneh kalau lokasinya lumayan padat pengunjung. Karena alasan itu pula rasanya keasrian yang digembor-gemborkan itu tidak saya dapatkan di sana.

Gak aneh sih kenapa bisa puadet banget pengunjungnya, selain karena tempatnya strategis, wisata lokal ini juga tanpa tiket masuk alias gratis. Hanya dikenakan biaya parkir 3 ribu rupiah untuk kendaraan roda dua (roda empat menyesuaikan).
Dokpri

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Hal yang menarik perhatian saya dan ini juga merupakan salah satu faktor ketidaknyamanan sebuah tempat wisata, di lokasi wisata lokal ini hampir seperempatnya dihiasi oleh pedagang kaki lima. Mulai dari warung semi permanen, penjual baju, cilok, gerobak es, bakso, mie ayam, sampai rujak dan pedagang buah potong tumpah ruah di tempat ini. Belum lagi boots mainan anak-anak, seperti mandi bola, istana balon, perosotan, dll. Sudah pernah ke Bendungan Walahar? Nah, kira-kira kondisinya seperti itu. Sampah pengunjung? Lumayan menghiasi dan nyolok pandangan XD hueheheh..

Tapi seperti yang sudah saya bilang di atas, tempat ini menjadi alternatif wisata warga sekitar yang ingin menghabiskan waktu bersama sanak saudara di luar rumah. Kebanyakan dari pengunjung memilih untuk menggelar tikar dan membuka bekal yang mereka bawa dari rumah.

Kalau saya dan suami? Cukup berkeliling sebentar lalu memutuskan untuk pulang. Maklumlah karena jalan-jalannya juga gak direncanakan.


Komentar

  1. Wisata pohon miring, unik juga Mba hehe..
    Bisa dijadikan tempat foto prewed ini mah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya. Tapi kayaknya harus nunggu atau sengaja sewa biar gak ada pengunjung lain.

      Hapus
  2. Cakep sih pas lihat fotonya. Cuma kalau pedagang baiknya di area khusus ya. Mudah2an nanti pengurusnya makin membenahi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beda area sih mba. Cuman deket bgt dan pedagang asongan bebas di lokasi

      Hapus
  3. Bagus keliatannya, tapi sayangnya kemarin-kemarin ada isu horor yang disebarin org tak brtanggung jawab

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau tempat wisata alam kayaknya emang biasa ada isu horrornya ya

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Resensi Novel Rengganis Altitude 3088

Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Agustus 2014, Cetakan Pertama Jumlah Halaman: 232 Hal ISBN: 978-602-1614-26-6 Cover Novel Rengganis Dia baru saja menyelinap keluar. Terbangun oleh gemerisik angin yang menabrak-nabrak tenda. Dua lapis jaket membungkus tubuhnya. Satu jaket polar dan satu jaket parka gunung. Tak ada seorang manusia lain pun yang terlihat. Seluruh penghuni kerajaan sang dewi telah tertidur. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian, tiba-tiba saja tatapannya berubah menjadi tajam. Sangat tajam. Menatap lekat sesuatu. Atau lebih dari satu. Perlahan-lahan dia berjalan meninggalkan tenda. Meninggalkan teman-temannya yang tidur di dalam tenda. Menjejaki rerumputan basah dalam langkah-langkah pasti. Dermaga itu tujuannya. Mendekati tarikan magnet bercahaya. Memanggil-manggilnya dengan suara tak biasa. Rengganis, pentas apa sebenarnya yang tengah dilang...