Langsung ke konten utama

Penikmat Asinan Buah dan Sayur

Dari kecil sampai sekarang, saya suka banget sama yang namanya asinan. Baik itu asinan buah maupun asinan sayur. Yang saya rasakan dulu sih, makanan ini identiknya sama bulan Ramadhan dan lebaran aja. Soalnya biasanya mama saya suka beli asinan sayur untuk menu berbuka selain kolek, kurma, es buah, gorengan, atau takjil lainnya. Sedangkan untuk asinan buah, saya temuin ketika lebaran, biasanya warung tetangga sebelah menjualnya khusus pas di hari lebaran tersebut.

Asinan sayur di tempat saya isinya terdiri dari kol, wortel, toge, mentimun, dan kacang goreng. Sedangkan asinan buahnya tak jauh dari kedondong, nanas, mangga muda, jambu air, dan bengkuang. Dua-duanya kesukaan saya banget, gak bisa nolak deh, apalagi kalau dikasih. Hehe.. Kuahnya yang pedes seger itu.. sruffffftttt... dan sayur atau buahnya yang kres kres aih.. bikin ngeces nulisinnya juga, aduh! XD

Asinan Sayur dan Buah. Awas ngiler! (dokpri)
Nah, kalau zaman masih kecil, bisa makan asinan kalau dibeliin mamah, beranjak dewasa udah bisa lebih mandiri dong. Bikin sendiri? Bukan! hehe.. Boro-boro deh, belajar buat bikin aja belum pernah. Hihi... Maksudnya bisa beli sendiri gitu, tanpa nunggu dibeliin mamah. 

Dan ternyata baru tahu kalau di kota saya, Cikampek, asinan juga bisa didapat selain bulan Ramadhan dan lebaran. Sepengetahuan saya, ada dua toko yang menjualnya setiap hari. Yang pertama di rumah makan Sari Wangi (yang di samping toko plastik Elang Mas, bukan yang di samping Kantor Pos ya), dan yang kedua di toko samping Salon Rita (depan fly over Cikampek).

Saya lebih memilih yang mana? Dua-duanya enak sih, cuman saya lebih suka yang di rumah makan Sari Wangi. Kuah cabenya terasa lebih mantap dan seger banget. Kalau soal harga hanya selisih seribu rupiah. Asinan di Sari Wangi dibandrol 7 ribu, sedangkan di Toko samping Salon Rita harganya 6 ribu rupiah. Wah, lumayan nyaman di kantong kan?

Dan satu hal yang membuat saya semakin menyukai makanan ini, ternyata jodoh saya (suami) juga suka banget makan asinan. Jadi kita suka sengaja jalan berdua ke pasar buat beli asinan itu. Ecieee... cinta sepasang penyuka asinan XD

Lina Astuti

Komentar

  1. haha mbak sama kayak mamaku suka banget makan asinan...
    asem-asem nggremet gitu lho rasanya hahahah

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, say gak ada bosen-bosennya makan asinan :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...