Langsung ke konten utama

Hijau Rumput

Pagi itu, kamu terlihat  begitu menarik perhatianku. Mulai dari pasmina batik, kaca mata, cardigan, rok batik, sepatu yang kaukenakan, dan tentu senyum lesung pipimu.
"Hei, itu ada teteh-teteh sendirian di sana. Ajakin gabung sama kita!" Kataku dengan penekanan suara penuh arti. Saat itu, ketika melihat sorot matamu yang penuh antusias dan semangat, aku memendam rasa iri pada kawan-kawan yang selalu mengawalmu semenjak awal keberangkatan hingga kepulangan. Dan ketika kamu benar-benar pulang..
kamu dan para 'pengawal'
Hijau Rumput, terbilang waktu yang singkat untuk megenalmu. Aku hitung, dua kali saja kita bertegur sapa. Pertama ketika kamu berbalik dan bertanya bagaimana caranya melompat dari batu besar ke air, aku saja tidak berani melakukannya, Teh. Jawabku singkat. Kedua saat foto bersama di depan air terjun. Kalau posisi Teteh seperti itu, muka aku gak keliatan XD ujarku, kemudian kamu membetulkan posisi.

"Kang Hijau Rumput yang mana?" Pertanyaan penasaran dariku terjawab sudah, meski aku merasa 'tertipu'. Kamu terlalu cantik untuk dipanggil "kang"..

Dan ternyata, pertemuan pertama Ahad itu, menjadi pertemuan yang terakhir juga. Padahal belum purna aku membalas status terakhir BBM-mu..
Love you too...

Status terakhir Hijau Rumput: foto saya dan dua orang teman

Selamat jalan, Hijau Rumput aka Berbi aka Sri Susanti..
Innalillahi wa inna ilaihi rodjiun...
Allahumma firlaha warhamha waafihi wa'fuanha


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Resensi Novel Rengganis Altitude 3088

Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Agustus 2014, Cetakan Pertama Jumlah Halaman: 232 Hal ISBN: 978-602-1614-26-6 Cover Novel Rengganis Dia baru saja menyelinap keluar. Terbangun oleh gemerisik angin yang menabrak-nabrak tenda. Dua lapis jaket membungkus tubuhnya. Satu jaket polar dan satu jaket parka gunung. Tak ada seorang manusia lain pun yang terlihat. Seluruh penghuni kerajaan sang dewi telah tertidur. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian, tiba-tiba saja tatapannya berubah menjadi tajam. Sangat tajam. Menatap lekat sesuatu. Atau lebih dari satu. Perlahan-lahan dia berjalan meninggalkan tenda. Meninggalkan teman-temannya yang tidur di dalam tenda. Menjejaki rerumputan basah dalam langkah-langkah pasti. Dermaga itu tujuannya. Mendekati tarikan magnet bercahaya. Memanggil-manggilnya dengan suara tak biasa. Rengganis, pentas apa sebenarnya yang tengah dilang...