Langsung ke konten utama

Denji Bilang Permisi

Yang namanya ibu baru punya anak satu, pasti hora-hore banget kalau ada perkembangan pada anaknya. Walau pun hal sederhana, yang bagi orang lain biasa banget malahan, "lah anak gw juga bisa kale". Tapi bagi ibu baru tersebut pasti bikin bahagia dan kadang lupa diri muji terus-terusan, "duh anak gw pinter dan lucu banget sih".

Saya termasuk yang exited dengan perkembangan Denji. Walau pun gak bisa seperti beberapa ibu-ibu muda yang rajin upload foto anaknya tiap hari di sosmed. Cerita udah bisa ini dan itu. Saya gak se-eksis itu. Kebanyakan dinikmati sendiri dan jadi bahan obrolan bareng suami atau keluarga terdekat saja.

Salah satu yang bikin saya girang banget adalah saat Denji bilang permisi. Suatu hari, lupa tepatnya kapan tapi kata itu terucap ketika dia baru bisa jalan, sekitar usia 15 bulan. Saat saya duduk menghalangi jalan, tiba-tiba keluarlah kata ajaib itu, "misii", hah, anak gw bilang permisi. Spontan saya minggir dan memersilakan si jagoan mungil itu lewat. Dalam hati mah takjub, duh anak gw udah bisa ngomong dan sepertinya ngerti dengan penggunaan kata permisi. Selain itu dia juga bilang terima kasih saat saya kasih minum, "maasih", katanya. Dan bisa bilang tolong saat terdesak, misalnya dia lagi bobok terus kebangun dan gak ada ibunya di pandangan dia padahal pengen nyenyen. "Elong elong elong," sambil mengibas-ngibaskan tangan ke kasur, persis kayak drama. Kalau yang ini karena saya suka ngajak dia bermain peran. Ibunya jatuh terjerembab dan teriak tolong.  Atau ibu pura-pura tenggelam. Wkwkwkwk..

Jadi Denji itu lumayan cepat bisa ngomong, menurut saya sih. Saya gak secara langsung ngajarin dia "kalau lewat bilang permisi, de," atau kata lainnya seperti terima kasih dan tolong. Tapi yang namanya anak itu emang menirukan apa yang dia lihat dan dengar. Saya baru benar-benar percaya dengan kalimat itu ketika punya anak sendiri. Itu mungkin yang dimaksud dengan tauladan. Duh, saya jadi mikir lagi untuk bergegas bebenah diri, hiks..

Maafkeun fotonya ngeblur XD

Saya senang melihat anak yang tumbuh menjadi santun. Dan saya kepengen banget anak-anak saya kelak bisa santun dalam bicara, perangai, dan tindakannya. Barangkali ini salah satu penyebab kegalauan saya di awal-awal punya Denji. Saat saya ajak dia main ke lapangan melihat anak-anak bermain bola, kebanyakan dari anak-anak yang rerata masih SD itu mengeluarkan kata-kata kasar dan dibiarkan oleh orang tuanya. Selidik, orang tuanya juga memiliki pilihan kata yang kurang lebih sama saat saya dengar salah satu dari mereka memangil anaknya untuk pulang. Saya khawatir Denji meniru, di sisi lain khawatir jika membatasinya bermain di luar dan bersosialisasi. Tapi inilah salah satu tugas orang tua. Bu ibu setuju?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...