Langsung ke konten utama

Resensi Gundam Attack!

Ceritanya, postingan kali ini dalam rangka belajar menulis resensi buku anak, hehe.. Biasanya kalau nulis review buku, saya berpanjang kali lebar, eh ini hanya dibatasi 200 kata. Kenapa hanya 200 kata? hm... gak apa-apa sih, cuman ya pengin aja gitu sesuai dengan standar resensi buku anak yang dimuat di Kompas. Nex, semoga bisa lebih rajin baca dan nulis resensi lagi sayanya :D

Oia, sebelum nulis sempet ngintip blognya tetangga soal cara mengirim Resensi Anak Kompas. Di situ dituliskan, karena target resensinya adalah anak-anak, jadi harus menggunakan bahasa yag mudah dimengerti dan tidak terlalu pajang tulisannya. Yoi, ini dia hasil eksperimentnya, langsung aja, ah..

Gumpla!
Judul Buku    : Gundam Attack!
Penulis        : Wylvera W. & Darryl Khalid Aulia
Cetakan    : I, Mei 2015
Tebal        : 140 hal
Penerbiit    : Noura Books


Ketika membereskan kamar Ciko, mama tidak sengaja menemukan kertas ulangan pelajaran Sejarah milik anaknya itu.

REMEDIAL!

Begitu Pak Kasman membuat catatan sangat singkat di bawah nilai yang tidak mencapai standar itu. Akhirnya mama membongkar file kumpulan hasil ulangan Ciko. Juga melihat buku-buku tugas yang lainnya. Lidah mama bolak-balik berdecak kesal. Buku catatan tersebut hampir semua diakhiri dengan gambar robot beraneka ragam bentuk. Ini bukti bagi mama, kalau Ciko tidak lagi pernah berkonsentrasi mengikuti pelajaran di sekolah.
Bukan hanya soal pelajaran, akhir-akhir ini Ciko juga sering lupa makan, bangun kesiangan, dan shalat pun tidak tepat waktu. Tak salah lagi, semua itu terjadi karena Ciko keseringan main Gumpla alias gundam plastik, yaitu mainan yang harus dirakit sendiri.

Buku ini berisi tentang ketidaksukaan seorang ibu terhadap hobi baru anaknya, yaitu merakit robot bernama gumpla, yang telah menyita segala konsentrasi anaknya tersebut. Ciko merasa dibela papanya, ketika papa membelikannya satu set mainan gumpla terbaru. Padahal jelas-jelas mama dan kakak perempuannya, Sasa, menujukkan rasa tidak suka.

Banyak hal yang bisa diambil sebagai pelajaran ketika usai membaca buku ini. Ditambah lagi buku ini ditulis oleh sepasang ibu-anak, yang menghadirkan dua sudut pandang yang berbeda. Sangat menarik untuk dibaca.

*Lina Astuti, seorang pendidik dan aktif di Forum Lingkar Pena (FLP) Karawang.

Komentar

  1. Wah resensinya keren teh Lina, apakah buku ini masuk kategori aman untuk di baca Anak Muslim? Untuk kategori usia berapa teh buku ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. InsyaAllah ramah anak bgt, Kak Pit. Segmentasi 6-14 tahun.. :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...