Langsung ke konten utama

Tahu, Malu, dan Mental

Orang bijak bilang, semakin banyak membaca maka semakin menyadarkan kalau kita banyak tidak tahunya. Dari kalimat tersebut ternyata ada turunannya. Semakin tahu, maka semakin sering kita merasa malu. *** 
Tapi ternyata, rasa malu bukan hanya masalah tahu atau tidak tahu. Terkadang juga masalah mental. Banyak orang tahu kalau buang sampah sembarangan menyimpan banyak risiko. Buang sampah di kali, sungai, got, dan tempat sejenis bisa bikin banjir. Buang sampah di jalan bisa bikin celaka pengendara lain. Buang sampah di tempat umum bisa merusak keindahan dan kenyamanan.

Pengetahuan umum yang rata-rata orang tahu dengan hal tersebut, tapi kenapa masih banyak yang melakukannya? Mental! Ya, karena mentalnya sudah begitu. Mau dibilang gak punya malu? Yaudah buang sampah aja dari dalam angkot ke jalan! Kalau kebetulan sampahnya mengenai pengendara motor, tinggal bilang 'maaf, gak lihat'. Buang sampah aja di sungai depan rumah, lalu ketika banjir, pura-pura minta dikasihani biar dapat bantuan nasi bungkus dan baju bekas layak pakai. Kalau kebetulan ada yang perhatian dan menasihati langsung, "Hei bro, buang sampah pada tempatnya dong!" Kamu tinggal jawab sambil nyengir, " Sori, gak lihat ada tong sampah, Sis". Ah, andai masalah sampah bisa selesai hanya dengan rasa malu atau kata maaf. Maka, urusannya (barangkali) akan lebih sederhana...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...

Mengisi Waktu Luang dengan Belajar Bahasa Inggris

Ada banyak cara untuk menghabiskan waktu luang dengan hal-hal yang bermanfaat, diantaranya bisa melakukan hobi, mengasah kemampuan, atau melakukan hal-hal yang belum pernah dicoba sebelumya. Jika kita beralasan malas keluar rumah untuk melakukan hal-hal tersebut, saat ini dengan kecanggihan teknologi kita dapat melakukannya secara online . Salah satunya adalah belajar bahasa Inggris online , hal ini bukan tidak mungkin untuk dilakukan.  Belajar bahasa Inggris online bisa dilakukan dengan otodidak ataupun dengan bantuan profesional seperti guru bahasa Inggris di tempat kursus. Kita bisa menganalisisnya terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan, jika dirasa memiliki biaya yang cukup dan juga waktu yang cukup untuk belajar sesuai jadwal yang ditentukan oleh tempat kursus, kita bisa memakai jasa tersebut untuk memperlancar kemampuan dalam berbahasa Inggris.  Jika kita memilih untuk belajar bahasa Inggris secara otodidak karena mempertimbangkan biaya yang cukup banyak akan...

Resensi Novel Rengganis Altitude 3088

Rengganis, Novel  Tentang Pendakian Judul Buku: Rengganis Altitude 3088 Penulis: Azzura Dayana Penerbit: Indiva Media Kreasi Tahun Terbit: Agustus 2014, Cetakan Pertama Jumlah Halaman: 232 Hal ISBN: 978-602-1614-26-6 Cover Novel Rengganis Dia baru saja menyelinap keluar. Terbangun oleh gemerisik angin yang menabrak-nabrak tenda. Dua lapis jaket membungkus tubuhnya. Satu jaket polar dan satu jaket parka gunung. Tak ada seorang manusia lain pun yang terlihat. Seluruh penghuni kerajaan sang dewi telah tertidur. Pandangannya lurus ke depan. Kemudian, tiba-tiba saja tatapannya berubah menjadi tajam. Sangat tajam. Menatap lekat sesuatu. Atau lebih dari satu. Perlahan-lahan dia berjalan meninggalkan tenda. Meninggalkan teman-temannya yang tidur di dalam tenda. Menjejaki rerumputan basah dalam langkah-langkah pasti. Dermaga itu tujuannya. Mendekati tarikan magnet bercahaya. Memanggil-manggilnya dengan suara tak biasa. Rengganis, pentas apa sebenarnya yang tengah dilang...