Langsung ke konten utama

Cinta Dalam Jatuh Dari Cinta


Judul Buku                   : Jatuh Dari Cinta
Penulis                          : Benny Arnas
Cetakan                       :  I, Mei 2011
Penerbit                        : Grafindo
Tebal                            : xii + 216 hlm. 11,5 cm x 17,5 cm
ISBN                           : 978-602-8458-42-2
Berbicara tentang jatuh cinta seperti menikmati sketsa merah jambu
yang dilengkapi dengan ornamen warna-warni berbagai segi, tentang perasaaan – yang katanya berjuta rasa, tentang gejolak hati, pengungkapan, atau barangkali sekedar rasa yang hanya dipendam dalam-dalam.
Tapi bagaimana dengan jatuh dari cinta?
Ia adalah penantian yang merah marun, perjumpaan yang mendebarkan, pertautan membebaskan. Tapi ia pun bisa berupa obsesi picisan yang tanggung, impian sumir yang terjungkal di ujungnya, perasaan hampa yang berkepanjangan. Begitulah yang ditulis dalam buku kumpulan cerpen Jatuh dari Cinta karya Benny Arnas. Buku yang berisi lima belas cerpen, berkisah tentang berbagai liku tokoh-tokoh di dalamnya dalam meraih, menjalani, ataupun mempertahankan sesuatu bernama cinta, meski pada akhirnya harus mengalami berbagai rasa saat terjatuh dari cinta.
Dalam catatannya di akhir buku ini, Benny Arnas mengaku bahwa kerap menuliskan banyak cerpen bertemakan cinta. “Cinta yang perspektif pasar. Cinta antar manusia; pacaran, anak-orangtua, dan rumah tangga. Saya sempat heran bagaimana saya menuliskan hal yang sangat lumrah semacam itu. Saya sempat merutuki ketidakkreatifan saya dalam memilih tema. Walaupun, bisa saja saya menjadikan jurus basi “Cerpen bukan hanya tentang APA yang dikarang, tapi juga/lebih tentang BAGAIMANA mengarangnya.” Begitu ujarnyaTapi nyatanya, dengan tema cinta – yang pasaran sekali pun, sebuah ide yang biasa seakan disulap oleh seorang Benny Arnas menjadi cerpen-cerpen apik yang begitu lezat untuk dinikmati.
Natnitnole, Cerita Yang Mencintai Yun Karena Yin, Perihal Perempuan Malam Tadi, Suara-suara yang Mencintaimu, Cerita Yang Menyeruak Dari Kebun Mawar, Keluarga sempurna ialah beberapa cerpen yang dikemas secara apik dengan jalan cerita yang berkelok-kelok dan menyajikan kesan yang agak absurd, sulit diterima akal sehat namun tetap enak untuk dinikmati.
"Bayangkanlah. Aku adalah suami dengan keluarga kecil yang  SE-LA-LU bahagia. Istriku tak pernah marah. Ia tak pernah mengeluh kalau uang belanja kurang. Tak pernah ada piring terbang di dapur. Tak ada pula rentetan tak henti bila si buah hati merengek di tengah malam. Istriku tak pernah seperti itu. Tak pernah, tak pernah dan tampaknya tak akan pernah.”
Demikian salah satu penggalan dari cerpen yang berjudul Keluarga Sempurna., bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang selalu dihinggapi kebahagiaan. Keluarga yang terlalu bahagia, dan barangkali kebahagiaan tersebut akan terus berlangsung. Tapi karena hal itulah yang membuat si suami – maupun istri merasakan sebuah ketaklaziman. Ketaklaziman yang benar-benar akut. Hal tersebut yang memicu si suami menggugat cerai istrinya, meski hanya baru sebuah rencana yang akhirnya diurungkannya kembali saat mengingat ada seorang buah hati – yang menyempurnakan sebuah pernikahan yang sempurna. Namun, suatu waktu istrinya pun melakukan hal yang sama, menggugat cerai suaminya atas dasar kesempurnaan dalam berumahtangga. Hal tersebut dilakukan sang istri di saat mereka kerap kehilangan pelengkap kebahagiaan mereka, sang buah hati. Kesempurnaan barangkali adalah hal yang tidak lazim bagi manusia biasa seperti kita. Sebuah pergolakan batin kedua tokoh yang jatuh dari cinta.
Ketakmasukakalan juga tersaji dalam cerpen Cerita Yang Menyeruak Dari Kebun Mawar. Berawal dari seorang pemuda yang bermimpi ditakut-takuti oleh sekuntum mawar raksasa, bukan hanya itu, bahkan ternyata ia juga menikahi sekuntum mawar raksasa tersebut. Sebuah kegilaan yang berakibat pada halusinasi – barangkali trauma lebih tepatnya, sebab saban hari pemuda itu dikerjai oleh ayahnya sendiri yang menungganginya di kebun mawar belakang rumah selama ibunya menjadi TKW di Hongkong.                                                                                                                                                                                     
Dalam beberapa cerpennya, Benny Arnas juga mengusung tema lokalitas. Seperti dalam cerpen berjudul Kemughau, bersetting di Lubuklinggau – Sumatera Selatan yang juga merupakan kampung halaman penulis. Cerpen ini dipercantik dengan dialek bahasa yang khas, menambah kesan lekat pada setting tempat dan penguatan tokoh-tokohnya. Tapi sayangnya tak ada satu pun catatan kaki yang menjelaskan beberapa istilah-istilah yang asing bagi kemungkinan kebanyakan pembaca buku ini.
Di dalam kumpulan cerpen ini, penulis menghadirkan ke-khasan tulisannya dengan ornament diksi-diksi yang mewah dan indah. Bila kebanyakan cerpen yang bertema cinta itu – kadang, melulu happy ending, dalam Jatuh dari Cinta Benny Arnas justru seolah bersikap angkuh dalam mengakhiri cerpen-cerpennya (ungkapan penulis, halm 215),  penuh dengan air mata. Sebuah pengungkapan rasa sakit tokoh-tokoh yang terjatuh dari cinta, ialah kejujuran tentang realitas kehidupan. Menekankan sebuah kenyataan, barangkali juga menjawab pertanyaan apakah cinta dalam jatuh dari cinta?

LiNa Astuti, penikmat buku
dimuat di harian Pasundan Ekspres, Ahad, 19 Januari 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berburu Oleh-Oleh di Singapura, Ini yang Bisa Kamu Bawa Pulang ke Indonesia

Salah satu hal yang identik dengan liburan adalah oleh-oleh. Meski bukan hal yang wajib, tapi kalau kata orang sunda mah oleh-oleh  sokan jadi arep-arepeun   nu di imah (jadi hal yang ditunggu-tunggu orang rumah)   dan   rasanya sayang kalau tidak membawa oleh-oleh khas dari suatu negara seperti Singapura. T-shirt I Love Singapure Sumber gambar: bacaterus.com Bingung mau bawa apa dari Singapura? Gantungan kunci atau t-shirt rasanya sudah biasa! Beberapa pilihan berikut ini mungkin bisa jadi ide berburu oleh-oleh nanti. Sumber: singaporetales.co.uk Keramik Yang satu ini oleh-oleh untuk diri sendiri, bisa dipajang di rumah sebagai tanda sudah pernah pergi ke Singapura . Keramik di Singapura sudah lama terkenal dengan kualitasnya yang bagus, dengan motif yang paling banyak dicari adalah gambar Merlion yang menjadi simbol Singapura. Bak Kwa (sumber: detik.com) Bak Kwa Makanan ini sejenis dendeng daging, dengan rasa yang unik dan pastinya lezat. Da...

Yang Tersayang Memang Gak Boleh Sakit

Beberapa hari ini hujan terus, sampai-sampai cucian tiga hari gak kering-kering. Bukannya gak bersyukur. Hujan kan rahmat ya. Tapi kalau curah hujannya tinggi dan turun dalam waktu yang lama jadi khawatir juga kan. Sebetulnya ada hal yang lebih saya khawatirkan dibanding cucian, perubahan cuaca kadang bikin orang-orang gampang sakit. Apalagi kalau sistem imunnya gak bagus ditambah gaya hidup yang gak teratur. Ngomongin gaya hidup yang gak teratur, yang saya inget pertama kali adalah suami. Soalnya kan suami biasa ‘ngalong’ alias kerja malam, sering begadang, dan makannya juga suka gak teratur. Terlebih saya dan suami hubungan jarak jauh, beliau pulang ke rumah setiap akhir pekan. Jadi kesempatan saya buat ngerawat dan ngingetin ini-itu ke suami juga terbatas, paling cuman lewat whatsapp dan telpon. Saya selalu ngerasa kalau orang-orang terdekat sakit itu enggak enak, bukan semata-mata kita jadi repot ngurusin. Tapi rasa khawatirnya itu lho. Gak tega kan lihatnya. Bener ba...

Monolog Tentang Hujan

Sebuah Catatan KM.2* Pagi masih teramat buta dan aku gegas dalam jagaku sesubuh ini. Merasakan irama tetesan yang mampir keroyokan di ladang hidupku. Aku menengadahkan dagu, menatap rintik lewat lubang rengkawat yang orang bilang sebagai jendela sederhana milik keluarga kami. Kupandangi gelap subuh yang bercahaya, tetesan hujan yang tersorot lampu rumah seberang. Aku bertanya, kapan hujan usai? Kubuka handphone, seseorang bertanya tentang kotaku yang semalaman diguyur hujan. Pertanyaan dari pesan masuk yang aku tanggapi hanya dengan diam. Termenung.  Sambil terus menatapi tetes demi tetes cinta-Nya yang tak kunjung reda. Barangkali menggambarkan suasana hati. Hati siapa entah. Sejenak teringat agenda hari ini, Taman Baca Keliling (TBM) di KP. Tentunya buku-buku itu tak akan pernah mampu berdamai dengan basah, bukan? Aku tak cukup waktu untuk mengambil keputusan membatalkannya, kegiatan yang betapa lampau kami impi dan cita-citakan. Bukan sekedar itu malahan, kami memban...