di jalan, aku memang sempat berpayah dengan debu dan debar ingatan tentangmu. sebelum pikuk menelantarkan sepi melaju di atas jalan panjang tanpa hambatan, papanpapan km sebagai pemandangan. entah bagaimana raut wajahku mampu menerjemahkan rasa. rasa yang sempat kuiba dalam seselip do'a saat muncul mozaik sketsa wajahmu yang semakin terbaca.
bagaimana denganmu? biasa saja; tak mungkin buatku, sebab telah kukabarkan padamu bahwa Dia mengusir bayangmu dari anganku, kemarin. setidaknya sampai aku mampu malu sendiri, tak sepatutnya kau tahu itu.
ya, sebab di antara kita tak pernah ada apa-apa.
setidaknya engkau padaku.
bagaimana denganmu? biasa saja; tak mungkin buatku, sebab telah kukabarkan padamu bahwa Dia mengusir bayangmu dari anganku, kemarin. setidaknya sampai aku mampu malu sendiri, tak sepatutnya kau tahu itu.
ya, sebab di antara kita tak pernah ada apa-apa.
setidaknya engkau padaku.
Bekasi, 24 Juli 2011
Komentar
Posting Komentar