Judul buku: My Avilla
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: Cetakan pertama, Februari 2012
Halaman: 184 halaman
ISBN: 978 602 8277 49 5
Baiklah, ini merupakan novel Mba Ifa kesekian yang saya baca. Kesekian, kok kesannya gak jelas gitu yak? Hihihi.. Tapi yang pasti bagi saya, kalau sudah nemu nama Ifa Avianty di cover buku, sudah tidak ada pertimbangan (selain lagi bokek yak) untuk gak beli bukunya. Ya sukur-sukur dapat pinjaman gitu sih. Hehehe XD
Ifa Afianty masuk di daftar penulis favorite saya karena bahasanya ringan dan kekinian, tapi tetap menyelipkan nilai islami. Cerita yang sederhana disulap jadi istimewa dan bikin cengar-cengir bacanya.
Nah, untuk bukunya yang satu ini, My Avilla, menurut saya agak sedikit 'berat' dibanding novel-novelnya yang lain. Untung alur ceritanya asik dan halamannya gak terlalu tebal, jadi dalam tiga hari buku ini habis saya baca di sela aktifitas yang lain.
Novel My Avilla juga menjawab mitos, bahwa "Princes Charming" selaaalu menjadi kata kunci yang muncul di setiap novelnya. Karena di novel ini kata kunci itu tidak keluar alias tidak ada tokoh laki-laki yang terkesan mendekati sempurna (meski kata 'charming' tetap ada. Hihi..sampe merhatiin segitunya yak). *tepuk tangan yang gemuruh buat mpok Ipeh keceh* *sambil nyengir dan sun dari jauh*.
***
Bagiku, hidup adalah kompetisi. Semuanya harus dilombakan. Siapa unggul, dia dapat kesempatan. (Trudy)
Margriet dan Trudy adalah kakak-beradik dari keluarga Hermawan Hasan. Mereka berdua merupakan kebanggaan keluarga dengan segala keunggulan dalam prestasinya masing-masing. Margriet maupun Trudy, saling mengagumi keunggulan saudaranya.
Margriet Avilla Hasan, adalah sosok yang pintar di sekolah, pintar bahasa asingnya, pintar menyanyi, pintar memasak dan membuat kue, dan pintar segala macam kesenian dan keterampilan. Maka tak heran, ia menjelma The Crown Princess bagi keluarganya. Trutama karena Margriet sosok yang kalem dan cenderung 'lempeng'. She is snow princes.
Sedangkan Trudy harus belajar semalam suntuk untuk bisa secemerlang kakaknya. Belum lagi dia gampang sakit. Maka dari itu sewaktu kecil, Trudy merasa terlihat seperti ugly ducling bila berjalan di samping kakaknya itu. Meski begitu, nyatanya dia lebih cantik dan populer dibanding Margriet, namun Trudy malah sering menganggap kakaknya sebagai saingan dalam banyak hal. Terutama dalam merebut hati Fajar. Teman sekelas Trudy yang selang usia empat tahun dengan kakaknya tersebut.
Fajar Lintang Bagasakara Sudiyanto, adalah anak dari kolega bisnis keluarga Hermawan Hasan, sosok yang menganggap dirinya manusia yang aneh dan penyendiri. Dia lahir dari pasangan beda agama. Ayahnya muslim sedangkan ibunya seorang Katolik. Karena latar belakang agama orang tuanya tersebut, Fajar menjadi sosok yang 'tidak biasa' dan cenderung galau dalam beragama. Dia melakukan aktifitas layaknya muslim, tapi pada saat perayaan Kristiani dan mendengar lagu-lagu Natal yang diputar ibu dan kakak perempuannya yang Katolik, hatinya terenyuh. Bahkan dia sempat berpikir untuk mengabdikan dirinya untuk Tuhan dengan konsep selibat, cara yang dilakukan penganut Kristen untuk mendekatkan diri pada Tuhannya dengan memutuskan tidak menikah dan mengabdi di gereja.
Suatu hari Fajar menyampaikan perasaan sukanya pada Margriet, yang pada awalnya Margriet menganggap kalau Fajar jatuh hati pada adiknya, Trudy. Pada saat itu Margriet kuliah semester empat, sedangkan Fajar baru duduk di bangku SMA. Aku lebih baik pingsan saja daripada harus dilamar anak kelas 1 SMA yang 'gila' ini. Pikir Margriet. Terlebih adiknya, Trudy, yang jelas-jelas telah jatuh hati pada teman sekelasnya itu. Pada saat yang hapir bersamaan, Fajar 'menolak' Trudy yang mempertanyakan hubungan di antara mereka berdua.
Kemudian muncul sosok Philip Fraser, dosen baru di UINI, kampus tempat Margriet mengajar. Seorang bule Amerika lulusan doktor-nya Melbourne Australia. Margriet menganggap Phil sebagai 'bugil' alias bule gila. Ia tak jarang menggoda Margriet saat di kantin atau sekedar mengirimkan email berupa adaptasi dari syair lagu sixties. Jelas, diam-diam Phil mencari tahu selera musik Margriet. Baginya ini sangat mengerikan, ditaksir oleh bule Yahudi yang terkenal playboy dan smooker jelas-jelas lebih mengerikan dari cintanya Fajar.
Tak lama kemudian Phil masuk Islam dengan dibimbing oleh Pak Khairuddin, dosen Agama Islam di kampus mereka. Margriet tidak tahu harus mengucap alhamdulillah, inna lillahi, atau astaghfirulla, sebab ia tak tahu jelas niatnya yang sebenarnya. Di situlah gejolak perasaannya muncul. Apakah ia harus menerima lamaran Phil karena ia telah menjadi Muslim dan terlihat lebih 'baik'? Sedangkan ia tak mau menerima pendamping dalam posisi keterpaksaan dan tak lain hanya sekedar sebuah tugas.
Ifa Avianty yang merupakan spesialis penulis drama cinta ini menghadirkan tema yang berbeda pada novel My Avilla. Sebuah novel akan pencarian Tuhan dari dua tokohnya sekaligus, yaitu Fajar dan Philip. Barangkali karena tema tersebutlah yang membuat novelnya kali ini terasa lebih 'berat' bila dibanding dengan novel-novelnya yang lain. Meski hingga ending cerita, pencarian Fajar akan Tuhannya tak kunjung mencapai klimaks.
Penulis banyak menyinggung beberapa agama berbeda dalam novel ini, namun penulis sungguh piawai memilih kalimat demi kalimat tanpa ada satupun yang menyinggung, merendahkan, atau mengagunggkan salah satu agama.
Satu lagi buku yang menarik dan pantas untuk dibaca.
***
Penulis: Ifa Avianty
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: Cetakan pertama, Februari 2012
Halaman: 184 halaman
ISBN: 978 602 8277 49 5
Novel My Avilla |
Baiklah, ini merupakan novel Mba Ifa kesekian yang saya baca. Kesekian, kok kesannya gak jelas gitu yak? Hihihi.. Tapi yang pasti bagi saya, kalau sudah nemu nama Ifa Avianty di cover buku, sudah tidak ada pertimbangan (selain lagi bokek yak) untuk gak beli bukunya. Ya sukur-sukur dapat pinjaman gitu sih. Hehehe XD
Ifa Afianty masuk di daftar penulis favorite saya karena bahasanya ringan dan kekinian, tapi tetap menyelipkan nilai islami. Cerita yang sederhana disulap jadi istimewa dan bikin cengar-cengir bacanya.
Nah, untuk bukunya yang satu ini, My Avilla, menurut saya agak sedikit 'berat' dibanding novel-novelnya yang lain. Untung alur ceritanya asik dan halamannya gak terlalu tebal, jadi dalam tiga hari buku ini habis saya baca di sela aktifitas yang lain.
Novel My Avilla juga menjawab mitos, bahwa "Princes Charming" selaaalu menjadi kata kunci yang muncul di setiap novelnya. Karena di novel ini kata kunci itu tidak keluar alias tidak ada tokoh laki-laki yang terkesan mendekati sempurna (meski kata 'charming' tetap ada. Hihi..sampe merhatiin segitunya yak). *tepuk tangan yang gemuruh buat mpok Ipeh keceh* *sambil nyengir dan sun dari jauh*.
***
Bagiku, hidup adalah kompetisi. Semuanya harus dilombakan. Siapa unggul, dia dapat kesempatan. (Trudy)
Margriet dan Trudy adalah kakak-beradik dari keluarga Hermawan Hasan. Mereka berdua merupakan kebanggaan keluarga dengan segala keunggulan dalam prestasinya masing-masing. Margriet maupun Trudy, saling mengagumi keunggulan saudaranya.
Margriet Avilla Hasan, adalah sosok yang pintar di sekolah, pintar bahasa asingnya, pintar menyanyi, pintar memasak dan membuat kue, dan pintar segala macam kesenian dan keterampilan. Maka tak heran, ia menjelma The Crown Princess bagi keluarganya. Trutama karena Margriet sosok yang kalem dan cenderung 'lempeng'. She is snow princes.
Sedangkan Trudy harus belajar semalam suntuk untuk bisa secemerlang kakaknya. Belum lagi dia gampang sakit. Maka dari itu sewaktu kecil, Trudy merasa terlihat seperti ugly ducling bila berjalan di samping kakaknya itu. Meski begitu, nyatanya dia lebih cantik dan populer dibanding Margriet, namun Trudy malah sering menganggap kakaknya sebagai saingan dalam banyak hal. Terutama dalam merebut hati Fajar. Teman sekelas Trudy yang selang usia empat tahun dengan kakaknya tersebut.
Fajar Lintang Bagasakara Sudiyanto, adalah anak dari kolega bisnis keluarga Hermawan Hasan, sosok yang menganggap dirinya manusia yang aneh dan penyendiri. Dia lahir dari pasangan beda agama. Ayahnya muslim sedangkan ibunya seorang Katolik. Karena latar belakang agama orang tuanya tersebut, Fajar menjadi sosok yang 'tidak biasa' dan cenderung galau dalam beragama. Dia melakukan aktifitas layaknya muslim, tapi pada saat perayaan Kristiani dan mendengar lagu-lagu Natal yang diputar ibu dan kakak perempuannya yang Katolik, hatinya terenyuh. Bahkan dia sempat berpikir untuk mengabdikan dirinya untuk Tuhan dengan konsep selibat, cara yang dilakukan penganut Kristen untuk mendekatkan diri pada Tuhannya dengan memutuskan tidak menikah dan mengabdi di gereja.
Suatu hari Fajar menyampaikan perasaan sukanya pada Margriet, yang pada awalnya Margriet menganggap kalau Fajar jatuh hati pada adiknya, Trudy. Pada saat itu Margriet kuliah semester empat, sedangkan Fajar baru duduk di bangku SMA. Aku lebih baik pingsan saja daripada harus dilamar anak kelas 1 SMA yang 'gila' ini. Pikir Margriet. Terlebih adiknya, Trudy, yang jelas-jelas telah jatuh hati pada teman sekelasnya itu. Pada saat yang hapir bersamaan, Fajar 'menolak' Trudy yang mempertanyakan hubungan di antara mereka berdua.
Kemudian muncul sosok Philip Fraser, dosen baru di UINI, kampus tempat Margriet mengajar. Seorang bule Amerika lulusan doktor-nya Melbourne Australia. Margriet menganggap Phil sebagai 'bugil' alias bule gila. Ia tak jarang menggoda Margriet saat di kantin atau sekedar mengirimkan email berupa adaptasi dari syair lagu sixties. Jelas, diam-diam Phil mencari tahu selera musik Margriet. Baginya ini sangat mengerikan, ditaksir oleh bule Yahudi yang terkenal playboy dan smooker jelas-jelas lebih mengerikan dari cintanya Fajar.
Tak lama kemudian Phil masuk Islam dengan dibimbing oleh Pak Khairuddin, dosen Agama Islam di kampus mereka. Margriet tidak tahu harus mengucap alhamdulillah, inna lillahi, atau astaghfirulla, sebab ia tak tahu jelas niatnya yang sebenarnya. Di situlah gejolak perasaannya muncul. Apakah ia harus menerima lamaran Phil karena ia telah menjadi Muslim dan terlihat lebih 'baik'? Sedangkan ia tak mau menerima pendamping dalam posisi keterpaksaan dan tak lain hanya sekedar sebuah tugas.
Ifa Avianty yang merupakan spesialis penulis drama cinta ini menghadirkan tema yang berbeda pada novel My Avilla. Sebuah novel akan pencarian Tuhan dari dua tokohnya sekaligus, yaitu Fajar dan Philip. Barangkali karena tema tersebutlah yang membuat novelnya kali ini terasa lebih 'berat' bila dibanding dengan novel-novelnya yang lain. Meski hingga ending cerita, pencarian Fajar akan Tuhannya tak kunjung mencapai klimaks.
Penulis banyak menyinggung beberapa agama berbeda dalam novel ini, namun penulis sungguh piawai memilih kalimat demi kalimat tanpa ada satupun yang menyinggung, merendahkan, atau mengagunggkan salah satu agama.
Satu lagi buku yang menarik dan pantas untuk dibaca.
***
Waah saya belum sama sekali baca buku-buku karya Ifa. Baru ngeh malah, ok fix nyari bukunya ah :D
BalasHapushohoho.. ayo bacaaa:)
Hapuswah, saya belum baca juga
BalasHapusbelum pernah baca sih mbak, tapi dari sinopsinya keren tuh. bimbang karena ada seseorang yg melamar, dia telah menjadi muslim dan terlihat baik. kayak berasa ada beban gitu yah, kesannya kayak si pilip ini pindah agama karena si mar. kayaknya harus baca deh biar tau yg sesungguhnya
BalasHapus